Sabtu, 06 Juni 2009

Perilaku Pemilih

Pergeseran Perilaku Pemilih Indonesia

"ELECTIONS are won and lost on imagery," kata Mary Spillane, konsultan politik di Amerika Serikat, mengomentari perkembangan proses pemilu di negara demokrasi. Ideologi dan sistem nilai kini sudah ditanggalkan di atas altar popularitas. Persuasi politik menjadi bahan olokan hasil-hasil polling popularitas. Tidak hanya kebijakan, para pemimpin juga dipilih dan ditinggalkan menurut arah angin opini publik yang bertiup.

Citra seorang pemimpin-ekstremnya-akan lebih dipertimbangkan ketimbang kemampuan dan intelektualitasnya. Oleh karena itu, proses penyampaian pesan politik menjadi lebih penting daripada isinya sendiri. Pendek kata, integritas politik sudah dinomorduakan. Pencitraan jauh lebih dihargai daripada sebelum-sebelumnya.

Politik adalah popularitas. Di dunia popularitas semacam ini, media massa, terutama televisi, menjadi panglimanya. Seymour (1989) mengatakan bahwa televisi kini merupakan bagian yang sudah terintegrasi dari kehidupan politik. Kemampuan televisi untuk menjangkau pemirsanya secara cepat dan luas, mulai dari yang tinggal di apartemen mewah hingga ke pelosok dusun, membuatnya selalu diburu oleh mereka yang hidup dari popularitas.

Oleh karena itu, kandidat pejabat publik harus sangat memerhatikan penampilan dirinya ketika tampil di televisi. Mereka harus secara jeli memerhatikan baju apa yang harus dipakai, bagaimana intonasi kalimat-kalimat pidatonya, bagaimana style rambut harus ditata, aksesori apa yang mesti dipakai atau dilepas untuk memperkuat citra dirinya. Pertimbangan semacam itu pada dasarnya mengarah pada bagaimana citra diri kandidat akan dibangun di hadapan publik. Pembangunan citra diri kandidat tersebut tentunya berdasarkan hasil rekomendasi market research; apakah akan dicitrakan sebagai sosok yang cerdas, berwibawa, religius, atau yang lainnya.

FENOMENA semacam ini yang bakal ditemukan dalam dunia politik Indonesia ke depan. Atau, paling tidak, fenomena ini sudah tergambar pada pemilu presiden kedua kemarin. Pada pemilu yang untuk pertama kalinya kandidat presiden dipilih secara langsung tersebut, sumber informasi utama tentang kandidat presiden diperoleh pemilih melalui televisi. Dari televisilah pemilih mendapatkan gambaran citra diri dari masing-masing kandidat presiden.

Survei preferensi pemilih yang dilakukan LP3ES pada pemilu presiden lalu menunjukkan bahwa mayoritas pemilih menentukan pilihannya karena mendapat informasi dari televisi (66,2 persen), sedangkan media lainnya, seperti radio, koran, dan rayuan langsung tim sukses hanya 33,8 persen. Para pemilih Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla (SBY-JK), sebanyak 72,7 persen, juga mengakui bahwa mereka dipengaruhi oleh media televisi dibanding media lain saat menentukan pilihannya. Sementara mereka yang mencoblos Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi hanya 56 persen yang mengakui dipengaruhi oleh media televisi dibanding media lain saat menentukan pilihannya.

Fenomena lainnya, pemilih Indonesia menjadi tampak lebih independen terhadap elite partai politik. Partai politik sudah tidak menjadi referensi utama lagi bagi pemilih. Justru pencitraan diri yang positif yang dibangun melalui media televisi kini menjadi referensi utama bagi pemilih kita. Oleh karena itu, keinginan elite politik tidak selamanya sebangun dengan keinginan para pendukungnya. Masih segar dalam ingatan kita, pada pemilu kemarin elite Partai Golkar dan PPP bersama PDI-P membentuk mesin suara, yakni Koalisi Kebangsaan, untuk memenangkan Megawati-Hasyim. Jajaran pengurus kedua partai politik tersebut dari mulai pusat sampai ke desa kemudian melakukan "sosialisasi" ke massa pendukungnya secara all out. Namun, apa dikata, hasil quick count LP3ES dan beberapa lembaga lainnya menunjukkan pasangan SBY-JK mengungguli perolehan suara pemilih. Hasil survei mengatakan sebagian besar massa pendukung Partai Golkar dan PPP memercayakan suaranya ke SBY-JK dan mengabaikan imbauan elite politiknya yang mendukung pasangan Megawati-Hasyim.

Survei tersebut juga menunjukkan bahwa massa pendukung partai-partai politik yang menyatakan diri netral, seperti PAN dan PKB, juga ramai-ramai memberikan suaranya kepada pasangan SBY-JK. Sebanyak 77 persen massa pendukung PAN lari ke pasangan SBY-JK. Sementara massa pendukung PKB yang mendukung SBY-JK sebesar 66 persen. Kalangan Muhammadiyah juga ramai-ramai mendukung pasangan SBY-JK meski Amien Rais hanya memberikan dukungan kepada SBY-JK dengan malu-malu. Nahdliyin juga tetap ramai-ramai menuju TPS menggunakan hak pilihnya walaupun Gus Dur menyatakan diri golput. Hanya kebijakan elite PKS dan PDS yang masih sebangun dengan pilihan politik massa pendukungnya.

Persoalannya, apakah pergeseran perilaku pemilih semacam ini sehat bagi perkembangan kehidupan politik Indonesia ke depan? Apabila dilihat dari kacamata partisipasi politik, hal ini tentunya sangat baik. Dengan pemilu langsung, setiap warga negara diberi hak yang sama untuk memilih pemimpin yang mereka sukai. Kehidupan negara tidak lagi hanya ditentukan oleh elite politik, tetapi harus memerhatikan suara orang-orang yang terpinggirkan baik secara ekonomi, sosial, maupun pendidikan.

Kendati demikian, tegaknya negara demokrasi juga membutuhkan kedewasaan pemilih. Seperti yang dikatakan John Stuart Mill bahwa hanya pemilih yang rasional dan well informed yang bisa menjamin demokrasi bisa berjalan dengan baik. Demokrasi bisa menyeleksi pemimpin yang paling bijaksana, paling jujur, dan paling tercerahkan di antara warga negaranya sendiri.

SEBAB itu, di sini dibutuhkan media massa, seperti kata Habermas, yang mampu berperan sebagai instrumen atau forum diskusi publik yang mencerahkan, rasional, kritis, dan tidak bias terhadap pembahasan kepentingan umum seperti urusan politik dan kebudayaan. Media yang memberikan edukasi politik, yang menyediakan platform untuk diskursus politik publik, memberikan fasilitas untuk mengalirnya opini publik dan umpan baliknya.

Media massa, terutama televisi, tidak hanya memosisikan diri sebagai media infotainment. Apabila media massa seperti ini yang dominan, maka yang akan muncul adalah politisi selebritis. Politisi yang selalu sibuk dengan pencitraan diri di media massa tanpa pernah memikirkan arah perkembangan bermasyarakat dan bernegara. Kisah paling tragis adalah yang pernah dialami masyarakat Filipina dengan presidennya, Joseph "Erap" Estrada.

Awalnya Erap, demikian nama populernya, adalah Philippines Idol yang sangat digandrungi rakyatnya. Melalui televisi dan media massa lainnya, dia mencitrakan sebagai sosok yang cakap, tegas, hidup penuh sahaja, sosok yang dibutuhkan oleh rakyat Filipina yang sedang berjuang dengan kemiskinan, korupsi, dan kriminalitas. Namun, belakangan, setelah Estrada menjadi presiden, baru diketahui dalam real life- nya Estrada adalah sosok yang korup dengan gaya hidup yang foya-foya. Rakyat Filipina pun menjadi kecewa dan marah kepada Estrada. Singkat cerita, melodrama politik ini berakhir dengan dijebloskannya Estrada ke hotel prodeo.

*)Artikel ini telah dimuat di KOMPAS.

Jumat, 05 Juni 2009

Quick Count Pilkada


Sekilas Tentang Quick Count dan Exit Poll
Kegiatan terakhir dari rangkaian program survei popularitas di Kota Medan adalah kegiatan Perhitungan Cepat (Quick Count) hasil perolehan suara Pilkada dan Exit Poll. Quick Count atau penghitungan suara cepat adalah proses pencatatan hasil perolehan suara di ratusan bahkan ribuan TPS yang dipilih secara acak. Quick Count adalah prediksi hasil pemilu berdasarkan fakta bukan berdasarkan opini. Karena itu ia tidak sama dengan jajak pendapat terhadap pemilih yang baru saja mencoblos atau yang biasa disebut Exit Poll.

Quick Count tidak mendasarkan diri pada opini siapapun, melainkan berbasis pada fakta lapangan, yaitu perolehan suara di TPS. Organisasi yang melakukan Quick Count mengumpulkan data dari tiap TPS, dan berusaha melakukan penghitungan cepat dari daerah pantauan yang dipilih secara acak. Para pemantau berada di TPS, dan melaporkan secara langsung proses pemungutan dan penghitungan surat suara.

Exit Poll ini adalah bentuk pencarian data kualitatif untuk mendukung data-data kuantitatif hasil Quick Count. Dengan kata lain, EXIT POLL adalah hasil analisis opini pemilih. Melalui Exit Poll ini, informasi-informasi seperti kandidat pilihan, parpol pilihan, demografi, afiliasi politik dan keagamaan dll dapat diketahui.

Metodologi dan Penarikan Sampel
Quick Count dilakukan berdasarkan pada pengamatan langsung di TPS yang telah dipilih secara acak. Unit analisis Quick Count ini adalah TPS, dengan demikian penarikan sampel tidak dapat dilakukan sebelum daftar TPS atau desa yang akan dipantau tersedia. Kekuatan data Quick Count sebenarnya bergantung pada bagaimana sampel itu ditarik. Pasalnya sampel tersebut yang akan menentukan mana suara pemilih yang akan dipakai sebagai basis estimasi hasil pemilu. Sampel yang ditarik secara benar akan memberikan landasan kuat untuk mewakili karakteristik populasi.

Estimasi Quick Count akan akurat apabila mengacu pada metodologi statistik dan penarikan sampel yang ketat serta diimplementasikan secara konsisten di lapangan. Kekuatan Quick Count juga sangat tergantung pada identifikasi terhadap berbagai faktor yang berdampak pada distribusi suara dalam populasi suara pemilih.

Apabila Pemilu berjalan lancar tanpa kecurangan, akurasi Quick Count dapat disandarkan pada perbandingannya dengan hasil resmi KPU. Tetapi apabila Pemilu berjalan penuh kecurangan, maka hasil Quick Count dapat dikatakan kredibel meskipun hasilnya berbeda dengan hasil resmi KPU. Oleh karena itu Quick Count biasanya diiringi dengan kegiatan lain yaitu pemantauan yang juga menggunakan metode penarikan sampel secara acak.Untuk kegiatan QC ini ISPP melakukan sampling sebanyak 300 TPS yang tersebar diseluruh kecamatan di Kota Medan. Untuk kegiatan Exit Poll ini ISPP mewawancarai 1250 responden. Untuk melakukan kegiatan tersebut ISPP merekrut lebih dari 300 relawan.

Untuk menjamin akurasi data, ISPP juga melakukan verifikasi data secara langsung via telepon saat itu juga terhadap relawan serta penyerahan Lembar konfirmasi yang ditanda tangani KPPS.

Komunikasi Data
Jumlah lokasi pantauan (TPS) yang mencapai ratusan dengan melibatkan ratusan orang relawan, tentu bukan pekerjaan sederhana, terutama dalam aspek komunikasi data. Organisasi pelaksana mesti menyiapkan perangkat komunikasi data yang terpusat. Arus komunikasi dilakukan dua arah: dari relawan (di lokasi TPS terpantau) untuk pengiriman data lapangan dan dari pusat untuk tujuan pengecekan.

Untuk komunikasi data pada Quick Count dan Exit Poll Pilkada Medan ini, ISPP adalah lembaga yang pertama kali menggunakan teknologi sms(short message service) di Indonesia. Tak heran, jika dalam waktu satu jam setelah penghitungan, pemenang Pilkada Medan sudah dapat diketahui. Jaringan telepon disediakan hanya untuk mem-back up- jika sewaktu-waktu terjadi kendala serta verifikasi data.

Kegiatan Quick Count dan Exit Poll ini diakhiri dengan jumpa pers yang dilakukan pada tanggal 27 dan 28 Juni 2005 di Garuda Plaza Hotel Medan.

AKURASI QUICK COUNT

Untuk mengukur tingkat akurasi hasil Quick Count dapat dilakukan dengan membandingkan hasil Quick Count dengan perhitungan resmi perolehan suara yang dilakukan oleh KPUD.

Berdasarkan perbandingan antara hasil Quick Count ISPP dengan hasil resmi KPUD Kota Medan ternyata hanya selisih 0.8%. Berikut table dan grafik perbandingan hasil.

Perbandingan antara hasil KPUD dengan Quick Count ISPP:
A.Kandidat Maulana-Sigit
-Hasil KPUD: 37.45%
-Hasil QC : 36.65%
-Selisih : - 0.8%
B.Kandidat Abdillah-Ramli
-Hasil KPUD: 62.55%
-Hasil QC : 62.35%
-Selisih : + 0.8%

Kamis, 04 Juni 2009

Pendampingan Pemenangan Pilkada


Garis Besar Kesepakatan
Untuk Program "Menang Baru Bayar, Kalah Tidak Usah Bayar"

Bagi kami, tugas dari konsultan pemenangan pilkada adalah memenangkan kandidat dalam suatu pilkada. Tidak ada dalam kamus kami kalah dalam pilkada. Oleh sebab itu, kami memberikan garansi kepada semua klien bahwa kami hanya mau dibayar jika berhasil memenangkan pilkada.

Untuk bisa menjalankan program pemenangan ini, secara Garis besar ada beberap point kesepakatan yang perlu disepakati antara kandidat dengan ISPP. Kesepakatan tersebut, yakni;

1. Pihak Kandidat Hanya Membayar Kepada ISPP jika Hanya Kandidat Menang

2. Pihak Kandidat Hanya Menyediakan/Menanggung Biaya Operasional (Komunikasi, Transportasi, Akomodasi, perlengkapan, Basecamp) dari tim ISPP

3. Pihak Kandidat Menyetujui Garis Besar Rencana Program dan Anggaran Pemenangan Yang disusun Tim ISPP

4. Pihak Kandidat Menyetujui Besaran Nilai Success Fee Yang Diajukan oleh tim ISPP

5. Kandidat Menandatangani Kontrak Kerja Sama Dengan ISPP

Demikian garis besar kesepakatan kerjasama. Agar program pemenangan ini bisa berjalan dengan lancar tentunya juga dibutuhkan saling kepercayaan dan kejujuran dari kedua belah pihak.

Survei Pilkada


Perbandingan Hasil Survei ISPP dengan Hasil Resmi KPUD Kabupaten Tabalong menunjukan bahwa hasil survei ISPP sangat akurat.

Pilkada Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan dilaksanakan tanggal 29 Oktober 2008. Berdasarkan pengumuman hasil resmi penghitungan KPUD Kabupaten Tabalong dinyatakan bahwa pasangan calon Anang Syakhfiani-Ridani Fiji (ASRI) memperoleh 30.197 atau 28.6 persen suara, pasangan calon Rahman Ramsy-Muchlis (RR+M) meraih 52.312 atau 49.6 persen suara, dan pasangan calon Gusti Kadarusman-Suyanto memperoleh 23.036 atau 21.8 persen suara.

Sementara itu kurang lebih satu bulan sebelum Pilkada, ISPP melaksanakan survei di Kabupaten Tabalong. ISPP melaksanakan survei pada tanggal 15-21 September 2008. Metode pengambilan sample dalam survei ini menggunakan multistage random sampling. Jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 778 orang yang tersebar secara proporsional di semua kecamatan.

Berdasarkan hasil survei ISPP, pasangan calon Anang Syakhfiani-Ridani Fiji (ASRI) memperoleh 30.4 persen suara, pasangan calon Rahman Ramsy-Muchlis (RR+M) meraih 51.0 persen suara, dan pasangan calon Gusti Kadarusman-Suyanto memperoleh 18.6 persen suara.

Bila dibandingkan antara hasil resmi penghituang KPUD dengan hasil survei ISPP tersebut ternyata tidak jauh berbeda. Selisih rata-rata perolehan suara dari masing-masing kandidat hanya terpaut kurang lebih 2 hingga 3 persen saja. Hal ini menunjukan sekali lagi bahwa survei-survei yang dilakukan oleh ISPP selalu sangat akurat.

Survei Pilkada

Survei Pilkada Kabupaten Tabalong
Laporan ini juga dipublikasi pada Banjarmasinpost, 25 Oktober 2008

Pasangan Calon Rahman Ramsy-Muchlis (RR+M) Berpeluang Besar Akan Menang


Seperti kita ketahui bahwa pada tanggal 29 Oktober 2008 ini, Kabupaten Tabalong akan melaksanakan pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung. Dalam pilkada ini diikuti oleh tiga pasang calon yang akan memperebutkan kursi bupati dan wakil bupati untuk periode 2008-2013. Nomor urut satu adalah pasangan calon Anang Syakhfiani-Ridani Fiji. Nomor urut dua adalah pasangan calon Rahman Ramsy-Muchlis. Sedangkan nomor urut tiga adalah pasangan calon Gusti Kadarusman-Suyanto.

Pada tanggal 15 hingga 21 September 2008, Institut Survei Perilaku Politik (ISPP) melakukan survei pemetan politik di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Artinya, survei ini dilaksanakan sebelum masa kampanye resmi pilkada. Survai ini dilakukan dengan menggunakan modote sampling acak berjenjang (multistages random sampling). Jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 778 orang yang tersebar secara proporsional di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Tabalong. Margin of Error dari survai ini adalah sebesar +/- 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Wawancara dilakukan dengan cara tatap muka dengan menggunakan kuesioner. Untuk menjaga validitas data, survei ini menerapkan kontrol dengan melakukan spot chek ke lapangan.

Tingkat Pedaftaran Pemilih
Dalam survei ini, responden ditanyai berbagai macam hal, seperti tingkat pengetahuan tentang pilkada, motivasi dan sikap politik pemilih. Bedasarkan hasil survei tersebut, tampaknya sebagian besar masyarakat Tabalong sudah sangat siap melaksanakan pesta demokrasi lokal, pilkada. Ketika responden ditanya apakah mereka sudah terdaftar sebagai pemilih dalam Pilkada, sebagaian besar (84.6%) sudah merasa terdaftar sebagai pemilih. Yang menjawab belum terdaftar sebesar 2.7%. Sedangkan yang tidak menjawab atau menjawab rahasia sebanyak 12.7%.

Tingkat Partisipasi
Berdasarkan hasil survei ini juga nampak bahwa keinginan masyarkat Tabalong untuk berpartisipasi dalam pilkada juga tinggi. Ketika responden ditanya apakah mereka akan menggunakan hak pilihnya (mencoblos), sebanyak 78.9% menyatakan akan mencoblos, yang menjawab belum pasti mencoblos sebanyak 12.7%. Sedangkan yang menyatakan tidak akan mencoblos hanya sebesar 0.4%. Sementara yang tidak menjawab atau menjawab rahasia sebesar 8.0%. Oleh sebab itu bila tidak ada aral merintal pada hari H pencoblosan, partispasi masyarakat diperkirakan cukup tinggi. Siapapun pemenang dari pilkada ini memperoleh legitimasi yang tinggi.

Tingkat Elektabilitas
Pertanyaan yang paling penting pada survei kali ini adalah tentang pertanyaan tentang pasangan calon mana yang akan mereka pilih. Ketika responden ditanyai dengan mengunakan ’pertanyaan terbuka’ (responden tidak disodorkan nama-nama pasangan calon dan responden bebas menjawab siapa saja), sebanyak 35.7% menyatakan memilih pasangan calon Rahman Ramsy-Muchlis. Sebanyak 21.1% menyatakan menjawab pasangan calon Anang Syakhfiani-Ridani Fiji. Dan yang memilih pasangan calon Gusti Kadarusman-Suyanto sebanyak 12.1%. Sementara menyatakan golput sebanyak 0.1%. Yang memilih nama lainya sebanyak 0.1%. Yang tidak menjawab atau menyatakan rahasia sebesar 30.8%.

Pergesaran perolehan suara juga tidak banyak mengalami pergeseran ketika responden ditanyai tentang siapa pasangan calon yang akan dipilih dengan menggunakan ’pertanyaan tertutup’ (responden disodori jawaban tiga pilihan pasangan calon). Sebanyak 38.6% menjawab akan memilih pasangan Rahman Ramsy-Muchlis. Yang menjawab akan memilih pasangan calon Anang Syakhfiani-Ridani Fiji sebanyak 23.0%. Sedangkan yang menyatakan akan memilih pasangan calon Gusti Kadarusman-Suyanto sebanyak 14.1. Sementara yang masih tidak menjawab atau menjawab rahasia sebanyak 24.3%.

Bila melihat jumlah masyarakat yang menyatakan rahasia atau tidak mejawab, mungkin masih bisa dikatakan bahwa peluang dari masing-masing kandidat masih terbuka. Namun peluang yang paling besar untuk memenangkan pilkada ini adalah pasangan calon Rahman Ramsy-Muchlis.

Kemungkinan Berubah Pilihan
Peluang dari masing-masing pasangan calon juga bisa dilihat dari kemungkinan pergeseran atau perubahan sikap pemilih. Ketika responden ditanya apakah pilihan mereka sudah tetap atau masih ada kemungkinan berubah. Hal menarik yang bisa dicatat disini adalah bahwa sebanyak 53.3% menyatakan pilihannya sudah tetap. Sedangkan responden yang menyatakan masih mungkin berubah sebanyak 18.1%. Sisanya sebanyak 28.5% masih tidak menjawab atau menjawab rahasia. Artinya 71.4% masyarakat Tabalong sudah menentukan pilihanya sebelum masa kampanye dimulai. Hal ini wajar karena sebenarnya sikap politik masyarakat sudah terbentuk jauh hari sebelum masa kampanye formal. Masyarakat sudah jauh-jauh hari sudah melihat berbagai media out-door yang dipasang oleh pasangan calon. Dan masyarakat sudah melakukan penilaian jauh-jauh hari sebelum masa kampanye formal.

Alasan Utama Memilih Calon
Masyarakat memiliki alasan tersendiri mengapa mereka memilih pasangan calon. Oleh sebab itu, pada survei ini kami ingin mengetahui apa alasan utama mereka dalam menentukan pilihan. Berdasarkan hasil survei ini terungkap bahwa alasan utama responden memilih pasanga calon adalah alasan kemampuan memimpin (27.1%). Kemudian disusul oleh alasan kedekatan dengan masyarakat sebesar 23.1%. Disusul pengalaman kerja (14.4%), Partai pendukungnya (5.5%), program kampanye (5.4%), hubungan keluarga (3.1%), kesamaan agama (1.8%), kesamaan suku (0.8%), didukung oleh tokoh agama (0.6), lainya (1.3%). Sementara yang tidak menjawab atau menajwab rahasia sebesar 15.8%

Demikianlah garis besar hasil survei yang kami lakukan. Kesimpulan yang bisa ditarik dari hasil survei ini adalah kondisi masyarakat Tabalong sangat kondusif untuk melaksanakan pilkada. Masyarakat Tabalong tampaknya sudah cukup dewasa untuk menentukan pilihan politiknya. Semoga pilkada di Kabupaten Tabalong ini berjalan dengan sukses dan damai.

Survei Pilkada

Survei Pilkada
Survei Pilkada adalah nama lain dari survei pemetaan politik. Survei Pemetaan Politik adalah survei yang digunakan untuk melihat peta politik menjelang pilkada. Tujuan dari Survei Pemetaan Politik berbeda dengan survei popularitas atau survei pilkada yang biasa dilakukan oleh lembaga survei lainya. Tujuan dari survei pemetaan politik ini adalah tidak sekedar untuk mengukur popularitas tetapi juga mengungkap berbagai potensi dan kelemahan dari semua kandidat. Survei pemetaan politik juga akan mengungkap prefensi pemilih, media komunikasi, isu yang berkembang secara lebih lengkap. Oleh sebab itu hasil survei pemetaan politik sangat pas dengan kebutuhan tim sukses pilkada.

Metodologi
1. Wawancara
Survei ini dilakukan dengan wawancara tatap muka dan bukan wawancara melalui telepon. Wawancara tatap muka mempunyai kelebihan dibanding wawancara telepon karena bisa menjangkau semua pemilih baik kaya maupun miskin.

2. Keterwakilan populasi
Metodologi yang dipakai adalah multi stage random sampling atau acak berjenjang. Dengan metode ini semua kecamatan di kabupaten PANDEGLANG terpilih. Dari setiap kecamatan akan dipilih beberapa desa dengan mempertimbangkan proporsi jumlah desa dan kabupaten. Setelah desa sampel terpilih maka akan dipilih sejumlah rumah tangga. Seorang responden yang berusia 17 tahun ke atas, kemudian akan dipilih dalam rumah tangga tersebut untuk diwawancarai. Komposisi jumlah responden perempuan dan laki-laki juga menjadi pertimbangan.

3. Jumlah sampel dan margin of error
Jumlah sampel yang diambil akan berimplikasi pada tingkat kesalahan atau margin of error (moe). Semakin kecil margin of error semakin tepat prediskis survei. Dengan margin off error 3% maka hasil survei bisa dimungkinkan kurang atau lebih 3 %. Misalnya kandidat diprediksikan mendapatkan dukungan dari 25% pemilih, maka dukungan rielnya bisa 22% sampai dengan 28%. Apabila tingkat persaingan diantara kandidat sangat ketat, sebaiknya kandidat memilih risiko kesalahan yang lebih kecil yaitu dengan memilih 1,250 reponden.

4. Output
Output dari kegiatan ini akan dituliskan laporan, yaitu tentang:
(1)Kandidat mana yang paling difavoritkan dan tidak terlalu difavoritkan oleh masyarakat.
(2 Segment atau kelompok sosial mana yang mendukung dan tidak mendukung masing-masing kandidat
(3 Melalui media apa masyarakat mengenal para kandidat
(4)Cara-cara kampanye apa yang paling disukai dan tidak disukai oleh masyarakat.
(5)Citra positif dan negatif apa dari masing-masing kandidat di mata masyarakat.
(6)Citra ideal pemimpin yang bagaimana yang diinginkan oleh masyarakat
(7)Bagaimana cara-cara meningkatkan atau memperbaiki citra kandidat di mata masyarakat.
(8)Program-program pembangunan apa yang mesti diprioritaskan menurut masyarakat.